Jengkol dan pete, inilah dua buah yang dianggap seperti pasangan
sejoli karena baunya yang sama-sama menyengat dan sering dihindari
orang. Banyak yang menganggap bahwa kedua jenis buah itu tidak layak
dikonsumsi atau mungkin malu untuk mengkonsumsinya meski suka. Baunya
memang jadi masalah utama bagi penikmatnya. Karena itulah kedua buah ini
sering digolongkan sebagai makanan kelas rendah; selain karena murah,
tak banyak kalangan orang berada yang mau memakannya. Tapi tahukah anda
bahwa jengkol dan pete memiliki berbagai manfaat yang sangat penting
untuk tubuh kita? Berikut ini adalah faktanya.
Pertama adalah jengkol. Jengkol sendiri terdiri dari berbagai
vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Jengkol
memiliki khasiat diuretic yang dapat membantu melancarkan pembuangan
urine, dan hal ini sangat menguntungkan bagi penderita penyakit jantung
koroner. Seratnya dapat melancarkan buang air besar, dan secara tidak
langsung dapat membantu melangsingkan perut yang buncit akibat sulit
BAB. Karena itu juga jengkol digunakan sebagai bahan cuci perut yang
ampuh selain apel.
Manfaat lainnya adalah mencegah penyakit diabetes/kencing manis
dikarenakan kandungan asam dan mineralnya. Namun asam jengkolat yang
terdapat di jengkol berupa kristal dan tidak mudah larut oleh air.
Karena itu saran dalam mengkonsumsi jengkol adalah jangan berlebihan,
karena ginjal bisa jadi tidak dapat menyaring asam tersebut dalam jumlah
yang kelewat banyak hingga akhirnya mengalami sulit berhenti buang air
kecil atau sering disebut anyang-anyangan.
Sedangkan pete/petai, memiliki manfaat yang lebih banyak lagi
dibandingkan jengkol. Dan menurut saya bau pete lebih menyengat jika
dibandingkan saudaranya; jengkol. Yah, mungkin ini bayaran dari
banyaknya untung yang didapat jika memakan pete—yaitu baunya juga lebih
menyiksa. Pete mengandung 3 macam gula alami yaitu sukrosa, fruktosa,
dan glukosa dan dikombinasikan dengan serat tinggi.
Kandungan gula ini membuat pete jadi banyak diambil manfaatnya
sebagai penambah tenaga. Tak heran jika banyak atlit yang menkonsumsi
pete untuk menjaga tubuh mereka agar tetap fit. Penelitian juga
menyebutkan bahwa dengan menkonsumsi 2 porsi pete per hari dapat
menambah suplai tenaga hingga 90 menit.
Kandungan tryptophan dan vitamin B6 di dalam pete juga bisa membantu
emosi seseorang untuk menjadi lebih tenang dan bisa mengurangi tingkat
depresi. Bagi para penderita tekanan darah tinggi, buah ini juga
termasuk makanan yang aman dikonsumsi. Ini karena banyaknya kalium yang
terkandung di pete tetapi rendah garam. Begitu tingginya kandungan
kalium di pete hingga membuat FDA Amerika member ijin kepada perkebunan
pete untuk melakukan klaim resmi terhadap kemampuan pete dalam menekan
resiko darah tinggi dan stroke.
Kaliumnya yang tinggi juga dapat meningkatkan konsentrasi otak dan
secara tidak langsung membantu menumbuhkan kecerdasan anak di usia
pertumbuhan. Pete juga bisa membantu orang yang ingin berhenti dari
kecanduan rokok. Kandungan vitamin B6, B12, magnesium dan kaliumnya
dapat menekan kebutuhan nikotin dan membuat orang tersebut justru merasa
tak perlu lagi dengan nikotin. Olesan buah pete pada kulit juga bisa
menghindari Anda dari gigitan nyamuk. Jadi tidak perlu membuang uang
beberapa ratus perak untuk lotion nyamuk, karena olesan pete pun tak
kalah ampuh dan lebih alami. Tapi sayangnya cara ini akan sedikit
mengganggu karena dijamin kulit Anda jadi bau pete juga. Hm, yang satu
ini kurang efisien, ya.
Selain manfaat-manfaat tersebut, masih banyak lagi segudang manfaat
pete yang membuat buah ini menjadi perhatian ahli medis. Antara lain
mencegah kegemukan, mengobati anemia, mengobati sembelit, memulihkan
seseorang dari mabuk, menyembuhkan luka lambung, mengatur suhu tubuh,
bahkan untuk menghaluskan kulit juga—dan pete jadi banyak diekspor ke
negara-negara China, Jepang, Korea sebagai bahan kosmetik.
Tidak hanya di Asia, jengkol dan petai sudah mendunia dan
penyebarannya benar-benar dirasa bermanfaat bagi orang-orang. Jika
disini kita seringkali malu kalau ketahuan makan jengkol dan pete, di
luar negeri orang-orang justru mencarinya dan tak keberatan untuk
menjadikannya sebagai cemilan harian mereka. Meskipun baunya tak sedap,
tapi demi manfaatnya yang begitu besar menjadikan kedua buah ini pantas
dinomorsatukan. Asal tidak ada orang lain yang kebauan—cukup diri
sendiri saja, hehe—maka tidak masalah lagi jika kita menkonsumsi jengkol
dan pete, ya kan?
Sumber: Indo Leaks, askep-askeb
Frisca Pralista
Sabtu, 04 Februari 2012
Rabu, 01 Februari 2012
Peningkatan Kinerja K3 dengan Ergonomi
Ergonomi
dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan
kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan
kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan
dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada
produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai
motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika
aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan.
Pengalaman
empiris kami menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat
tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di
perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di
berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus (comply) audit
sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety
management is not enough”. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka
(musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan
sistem audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan
kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati
rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk
kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain.
Adalah
disayangkan bahwa ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek
kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia.
Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di
perusahaan-perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem
kerja yang tidak ergonomik. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian
antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai,
lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak
optimal.
Kondisi
berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak
ergonomik:
Dengan
ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang
sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan
keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan
human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi
adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah
kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan
inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga
nyaman bagi pekerja. Akhirnya, sistem kerja yang ergonomik inilah yang
akan menjamin keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dan akan memberikan
motivasi positif bagi pekerja untuk meningkatkan performansinya.
Dengan
memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya
melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan
rancangan sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para
pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat,
material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan,
dll), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and workspace).
Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan
tersebut, mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun industri
proses.
|
Minggu, 15 Januari 2012
Pentingnya Peran Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer pada Bisnis Modern
Pentingnya Peran Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer pada Bisnis
Modern
Definisi Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem
=> suatu susunan yang teratur dari kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan
dan susunan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang melaksanakan dan
mempermudah kegiatan-kegiatan utama organisasi / institusi.
Informasi
=> data yang telah diproses / diolah sehingga memiliki rt atau manfaat yang
berguna.
Manajemen
=> sebagai proses, manajemen adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama atau melibatkan orang lain
dmi mencapai tujuan yang sama.
Sistem
Informasi Manajemen => jaringan prosedur pegolahan data yang dikembangkan
dalam suatu system (terintegrasi) dengan maksud memberikan informasi (yang
bersifat intern dan ekstern) kepada manajemen, sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Sistem informasi memuat
berbagai informasi penting mengenai orang, tempat, dan segala sesuatu yang ada
di dalam atau di lingkungan sekitar organisasi. Informasi sendiri mengandung
suatu arti yaitu data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang lebih
memiliki arti dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data sendiri
merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu keadaan, kondisi, atau peristiwa yang
terjadi
atau ada di dalam atau di lingkungan fisik
organisasi. Data tidak dapat langsung digunakan untuk pengambilan keputusan,
melainkan harus diolah lebih dahulu agar dapat dipahami, lalu dimanfaatkan
dalam pengambilan keputusan. Informasi harus dikelola dengan baik dan memadai
agar memberikan manfaat yang maksimal. Penerapan sistem informasi di dalam
suatu organisasi dimaksudkan untuk memberikan dukungan informasi yang dibutuhkan,
khususnya oleh para pengguna informasi dari berbagai tingkatan manajemen.
Sistem informasi yang digunakan oleh para pengguna dari berbagai tingkatan
manajemen ini biasa disebut sebagai:
Sistem Informasi
Manajemen.
Sistem informasi mengandung
tiga aktivitas dasar di dalamnya, yaitu: aktivitas masukan (input),
pemrosesan (processing), dan keluaran (output). Tiga aktivitas
dasar ini menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk pengambilan
keputusan, pengendalian operasi, analisis permasalahan, dan menciptakan produk
atau jasa baru. Masukan berperan di dalam pengumpulan bahan mentah (raw data),
baik yang diperoleh dari dalam maupun dari lingkungan sekitar organisasi. Pemrosesan
berperan untuk mengkonversi bahan mentah menjadi bentuk yang lebih memiliki
arti. Sedangkan, keluaran dimaksudkan untuk mentransfer informasi yang
diproses kepada pihak-pihak atau aktivitasaktivitas yang akan menggunakan.
Sistem informasi juga membutuhkan umpan balik (feedback), yaitu untuk
dasar evaluasi dan perbaikan di tahap input berikutnya.
Sistem informasi yang digunakan
lebih berfokus pada sistem informasi berbasis komputer (computer-based
information system). Harapan yang ingin diperoleh di sini adalah bahwa
dengan penggunaan teknologi informasi atau sistem informasi berbasis komputer,
informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu, sehingga
pengambilan keputusan dapat lebih efektif dan efisien.
Meskipun sistem informasi
berbasis komputer menggunakan teknologi komputer untuk memproses data menjadi
informasi yang memiliki arti, ada perbedaan yang cukup tajam antara komputer dan
program komputer di satu sisi dengan sistem informasi di sisi lainnya. Komputer
dan perangkat lunak komputer yang tersedia merupakan fondasi teknis, alat, dan
material dari sistem informasi modern. Komputer dapat dipakai sebagai alat
untuk menyimpan dan memproses informasi. Program komputer atau perangkat lunak
komputer merupakan seperangkat instruksi operasi yang mengarahkan dan
mengendalikan pemrosesan informasi.
Tujuan mempelajari SIM :
Memandang
bahwa, nilai dari informasi aatlah berharga, oleh karena itu harus dikelola
dengan baik.
Sebagai
seorang wirausaha, staff manajemen atau terlebih sebagai manjer, harus dapat
menghargai dan mampu mengelola informasi bagi kemajuan perusahaan atau
usahanya.
Sistem Informasi Manajemen Berbasis
Komputer
SIM
berbasis komputer adalah suatu SIM yang menempatkan perkakas pengolah data
komputer dalam kedudukan yang penting. SIM yang modern adalah SIM yang
terkomputerisasi sehingga gagasan-gagasan tentang komputerisasi di dalam organisasi
swasta maupun publik.sesungguhnya berkenaan dengan tujuan penyempurnaan sistem
infomasi itu sendiri. Ada
beberapa alasan mengapa komputer erupakan perkakas yang sangat pentingnya di
dalam SIM modern. Alasan yang pertama berkenaan dengan kemampuan komputer
mengolah data. Alasan yang kedua tentang pentingnya pemakaian komputer dalam
SIM adalah bahwa teknologi otomasi melalui komputerisasi sudah tesedia
dimana-mana dan dapat diperoleh dngan mudah dan murah. Secanggih apapun sistem
komputer yang dipakai, bila manusia tidak dapat memanfaatkan komputer itu
secara optimal, maka sistem komputer itu tidak akan banyak manfaatnya.
Kegagalan yang dialami suatu SIM banyak disebabkan anggapan bahwa komputerisasi
akan dapat memecahkan setiap persoalan dalam organisasi atau karena too high expectation tersebut.
Peran Baru Sistem Informasi Manajemen
Manajemen tidak dapat mengabaikan
sistem informasi karena sistem informasi memainkan peran yang kritikal di dalam
organisasi bisnis. Sistem informasi ini sangat mempengaruhi secara langsung
bagaimana manajemen mengambil keputusan, membuat rencana, dan mengelola para
pegawainya, serta meningkatkan sasaran kinerja yang hendak dicapai, yaitu
bagaimana menetapkan ukuran atau bobot setiap tujuan/kegiatan, menetapkan
standar pelayanan minimum, dan bagaimana menetapkan standar dan prosedur
pelayanan baku kepada masyarakat. Oleh karenanya, tanggung jawab terhadap
sistem informasi tidak dapat didelegasikan begitu saja kepada sembarang
pengambil keputusan.
Semakin meningkat saling
ketergantungan antara rencana strategis instansi, peraturan dan prosedur di
satu sisi dengan sistem informasi (software, hardware, database, dan
telekomunikasi) di sisi yang lainnya. Perubahan di satu komponen akan
mempengaruhi komponen lainnya. Hubungan ini menjadi sangat kritikal manakala
manajemen ingin membuat rencana ke depan. Aktivitas apa yang akan dilakukan lima tahun ke depan
biasanya juga sangat tergantung kepada sistem apa yang tersedia untuk dapat
melaksanakannya. Sebagai contoh, peningkatan produktivitas kerja para pegawai
sangat tergantung pada jenis dan kualitas dari sistem informasi organisasi
bisnis.
Perubahan lain dalam hubungan
sistem informasi dengan organisasi bisnis adalah semakin meningkatnya cakupan
dan ruang lingkup dari sistem informasi dan aplikasinya. Pengembangan dan pengelolaan
sistem dewasa ini membutuhkan keterlibatan banyak pihak di dalam organisasi
bisnis, jika dibandingkan peran dan keterlibatanya pada periode-periode yang
lalu. Sebagaimana sudah disampaikan dengan meningkatnya kecenderungan
organisasi berteknologi digital, maka sistem informasi di dalam organisasi
dapat meliputi jangkauan yang semakin luas hingga kepada masyarakat, instansi
pemerintahan lainnya, dan bahkan informasi mengenai perkembangan politik
terakhir.
Satu alasan mengapa sistem
informasi memainkan peran yang sangat besar dan berpengaruh di dalam organisasi
adalah karena semakin tingginya kemampuan teknologi komputer dan semakin
murahnya biaya pemanfaatan teknologi komputer tersebut. Semakin baiknya
kemampuan komputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang kuat yang dapat
digunakan organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat dari berbagai
penjuru dunia serta untuk mengendalikan aktivitas yang tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Jaringan-jaringan ini telah mentransformasikan ketajaman dan
bentuk aktivitas organisasi, menciptakan fondasi untuk memasuki era digital.
Jaringan yang terluas dan
terbesar yang digunakan adalah internet. Hampir setiap orang di seluruh dunia
ini, baik yang bekerja di dunia sains, pendidikan, pemerintah, maupun kalangan
pebisnis menggunakan jaringan internet untuk bertukar informasi atau melakukan
transaksi bisnis dengan orang atau organisasi lain di seluruh dunia.
Internetmenciptakan platform teknologi baru yang universal. Teknologi internet
ini mampu mempertajam cara bagaimana sistem informasi digunakan dalam bisnis
dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan
penggunaan internet, di antaranya adalah untuk
• Komunikasi dan kolaborasi.
• Akses data dan informasi.
• Partisipasi dalam diskusi.
• Supply informasi.
• Hobi atau bersenang-senang (entertainment).
• Pertukaran
transaksi bisnis.
Manajemen Bisnis
Merupakan
sebuah dasar yang perlu diketahui dan dipahami serta dijalankan oleh setiap
pihak yang hendak menjalankan kegiatan bisnis. Karena tanpa memahaminya, maka
sebuah usaha yang dijalankan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya, serta
tidak mencapai hasil yang optimal.
Hal
ini karena dalam sebuah bisnis, pemikiran yang perlu dikedepankan bukan sekedar
tentang bagaimana menjual sebuah produk sebanyak mungkin. Dan juga tentang
bagaimana bisa meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam bahasan manajemen
bisnis modern, ada pemikiran yang lebih luas daripada sekedar kedua komponen
tersebut.
Dalam manajemen
bisnis modern. Kita harus mengenal tentang kebutuhan konsumen. Hal ini
merupakan hal yang mutlak mengingat dari konsumenlah kita bisa mendapatkan
keuntungan dari bisnis yang dijalankan. Selain itu, konsumen merupakan komponen
penting yang akan menentukan apakah sebuah bisnis bisa terus berjalan secara
kontinyu atau hanya berumur sesaat saja.
Manajemen Bisnis Modern
Dalam pemahaman manajemen bisnis modern, ada lima hal pokok yang menjadi sorotan utama
untuk dikaji. Kesemuanya memiliki keterkaitan yang saling berhubungan dan tidak
bisa dipisahkan satu sama lainnya. Dan apabila kita ingin meraih kesuksesan
dari sebuah bisnis, kita harus memahami dan menjalankan keenam komponen
tersebut.
Kelima
komponen dalam manejemen bisnis modern tersebut diantaranya adalah :
- Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction)
Pelanggan yang puas merupakan kunci penentu apakah sebuah bisnis bisa
berhasil atau tidak. Jika konsumen bisa puas dengan bisnis yang kita tawarkan,
mereka bukan hanya akan kembali kepada kita. Melainkan, mereka akan menjadi
media promosi yang efektif dengan mengajak orang lain untuk menjadi konsumen
kita juga.
- Pelayanan Yang Unggul (service Excellent)
Sebuah bisnis mungkin bisa ditiru oleh pihak lain. Namun, dengan adanya
pelayanan yang baik, akan bisa menjadi pembeda antara produk yang kita tawarkan
dengan apa yang ditawarkan oleh pesaing.
- Kemampuan
Komponen ini menyangkut tentang kapabilitas kita dalam melakukan bisnis.
Dengan adanya kemampuan atas bisnis yang dijalankan, merupakan salah satu
indikasi bahwa produk yang dihasilkan pun akan berkualitas.
- Efisiensi
Efisiensi menyangkut proses yang dijalankan dengan cermat dan meniadakan
aktivitas yang dianggap kurang perlu dilakukan.
- Persaingan yang Sehat
Persaingan yang sehat akan menyebabkan keberhasilan bagi semua pihak
serta menguntungkan konsumen. Jika persaingan dilakukan dengan tidak sehat,
yang akan terjadi adalah sikap saling menjatuhkan dan berdampak pada kehancuran
dari semua pihak yang bersaing tersebut.
Faktor-faktor yang Menentukan Iklim Bisnis
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam sistem bisnis, yang nantinya akan
mempengaruhi iklim bisnis dari waktu ke waktu. Contoh yang paling ekstrim aalah
terjadinya depresi yang hebat di Amerika Serikat pada tahun 1929, bahkan
terjadi di dunia. Rakyat Indonesia
yang pada saat itu masih di bawah penjajahan Belanda, tidak begitu banyk
menanggung akibat depresi itu mengalami antara lain :
a. Melonjaknya tingkat penggangguran, artinya
banyak orang yang kehilangan pekerjaan.
b.
Banyak
keluarga yang “kehilangan” rumahnya.
c. Banyak simpanan di bank ikut lenyap karena
bangkrutnya bank yang bersangkutan.
d.
Banyak
perusahaan yang gulung tikar.
John Maynard Keynes telah memberikan tinjauan tentang cara penembuhan
derita akibat depresi. Ia memangdang bahwa tingkat kegiatan bisnis di sebuah
system kapitalis itu tergantung pada kemauan para wiraswasta untuk menanamkan
modalnya. Ia memperlihatkan bahwa suatu system pasar itu dapat mengalami posisi
yang buruk dan tidak dapat mengatasinya. Ia juga menambahkan bahwa pengeluaran pemerintahan dapat menjadi
elemen utama dalam penyembuhan tersebut.
·
Investasi
investasi adalah penggunaan sumber-sumber untuk menciptakan modal baru.
Uang yang dikeluarkan untuk investasi baru tersebut akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap perekonomian. Dalam kenyataan, pengaruh tersebut lebih
besar dibandingkan dengan jumlah rupiah yang dikeluarkan langsung pada
investasi. Ini berarti bahwa pengaruh investasi itu berlipat ganda. Adapun multiplier (pengganda) yang menyebabkan
terjadinya pelipat-gandaan itu dapat terjadi seperti berikut :
Jika sebuah pabrik didirikan dalam suatu masyarakat, para penyedia
(suplier) dan para pekerja bangunan setempat dapat meningkatkan penghasilannya.
Mereka membelanjakan sebagian dari penghasilan yang meningkat itu, dan para
penyedia barang serta jasa yang mereka beli juga memiliki uang lebih banyak,
dan seterusnya. Multiplier tersebut menjelaskan investasi itu bisa menjadi alat
yang mempunyai daya untuk perkembangan bisnis.
·
Tabungan
Jumlah yang diputuskan oleh para pekerja untuk ditabung akan menetukan
kuat-lemahnya multiplier tersebut. Semakin banyak tabungan berarti semakin
sedikit pegeluaran dan semakin lemah multiplier tersebut. Tetapi, tabungan itu
juga menjadi sumber untuk investasi modal dimasa mendatang. Apa yang penting di
sini adalah adanya keteraturan dan kepercayaan terhadap tabungan sehingga iklim
bisnis itu dapat diramalkan.
·
Pemerintah
Pemerintah
dapat dapat berperan sebagai pengelola sistem bisnis. Pemerintah dapat meminjam
uang pada pihak bank atau pihak terkait, untuk memenuhi kegiatan yang telah
disepakati bersama. Dapat terjadi bahwa apa yang dipinjam lebih besar dari apa
yang diterimanya. Jika ini terjadi, berarti pemerintah mengakui defisit.
Pembelanjaan yang defisit ini dapat menjadi masalah dan dapat juga tidak
menjadi masalah, tergantung pada situasinya apakah dapat mendukung terjadinya
inflasi.
Pemerintah,
melalui kebijakan “fisikal” atau “moneter” adapat mempengaruhi kegiatan bisnis.
- Kebijakan fisikal digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan meningkatkan pajak (mengurangi permintaan) atau meningkatkan pengeluaran pemerintah (meningkatkan permintaan).
- Kebijakan moneter berkaitan dengan pengelolaan supply uang untuk meningkatkan atau menurunkan permintaan.
Problema Bisnis yang Dihadapi Saat Ini
·
Inflasi
Inflasi
adalah suatu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam perekonomian. Para
ekonom telah lama merasakan bahwa inflasi itu merupakan suatu proses yang
membatasi diri. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara
permintaan dengan penawaran barang dan jasa. Jika permintaan turun atau
penawaran meningkatkan seharusnya tingkat inflasi lebih rendah.
·
Produktivitas
Produktivitas
adalah keluaran barang dan jasa per unit tenaga kerja. Untuk meningkatkan
produktivitas, tidak cukup hanya dengan bekerja keras, tetapi juga memerlukan
peralatan dan metode kerja yang lebih baik. Di samping itu juga diperlukan
peningkatan investasi, riset dan pengembangan, serta teknik-teknik manajemen
yang lebih maju.
·
Pengangguran
Pada umumnya
pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi
membayar mereka sebagai akibat turunnya penghasilan (dari penjualan) secara
drastis. Namun tidak mustahil, jika kondisi perekonomian membaik yang
berpengaruh juga pada kondisi perusahaan maka pemutusan hubungan kerja ini dapat
dibatalkan, dengan kata lain mereka ditarik kembali untuk bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Eko.
R. 2006. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Elex Media
Komputindo.
http://www.anneahira.com/manajemen-bisnis.htm
(Senin, 9 Januari 2012, 07.48 WIB)
Swastha, Basu.
dan Sukotjo, Ibnu. 1998. Penga.
Pengantar Bisnis Modern (edisi ketiga). Liberty Offset. Yogyakarta.
Sutabri, Tata.
2005. Sistem Informasi Manajemen. Andi Offset. Yogyakarta.
Minggu, 20 November 2011
HIV dan AIDS (Depkes, 2009)
Secara kumulatif jumlah kasus AIDS sampai dengan September 2009 sebesar 18.442 kasus. Berdasarkan cara penularannya secara kumulatif dilaporkan antara lain melalui heteroseksual 49,7%, IDU 40,7%, homoseksual 3,4%, perinatal 2,5%, transfusi darah 0,1%, dan tidak diketahui 3,7%. Menurut 4 golongan usia tertinggi adalah usia 20-29 tahun sebanyak 49,6%, usia 30-39 tahun 29,8%, usia 40-49 tahun 8,7%, usia 15-19 tahun 3,0%. Perbandingan persentase kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 74,5% : 25,5% atau 3 : 1. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia adalah:1). 60% remaja mengaku telah mempraktekkan seks pra nikah; 2). ± 70% dari pengguna Narkoba adalah remaja; 3). ± 50% dari pengidap AIDS adalah kelompok umur remaja. Jadi sejumlah itulah remaja Indonesia yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan sekolah, memasuki dunia kerja, memulai keluarga dan menjadi anggota masyarakat secara baik. Sejumlah itu pula remaja yang tidak siap untuk melanjutkan tugas dan peran sebagai generasi penerus bangsa.
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah (cq. BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan program PKBR yang diarahkan untuk mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Ciri-ciri Tegar Remaja adalah remaja yang menunda usia pernikahan, remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko TRIAD KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Upaya untuk mewujudkan remaja Indonesia melalui program PKBR sesuai dengan konsep Tegar Remaja tersebut akan diupayakan melalui strategi Tegar Remaja. Strategi Tegar Remaja merujuk pada lessons learned dari evaluasi program ARH tahun 1990-2000, School of Public Health, University of Michigan, USA, 2005 dan evaluasi program ARH di Asia, Afrika dan Amerika Latin (World Bank Report, 2007). Strategi Tegar Remaja adalah program PKBR yang dilaksanakan melalui pengembangan faktor-faktor pendukung (promotive factors) program PKBR dan remaja, dalam konteks dan situasi faktor risiko TRIAD KRR. Program PKBR apabila tidak dilaksanakan dengan pengembangan faktor pendukung tersebut akan mengakibatkan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah. Dengan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah akan mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas-tugas pertumbuhan dan
perkembangan remaja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara individual, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental, emosional dan spiritual.
2. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara sosial, yaitu melanjutkan sekolah, mencari
pekerjaaan, memulai kehidupan berkeluarga, menjadi anggota masyarakat yang normal dan mempraktekkan
hidup sehat, seperti yang telah diuraikan pada halaman satu dimuka.
Akan tetapi apabila program PKBR didukung oleh ketiga faktor pendukung, yaitu (1) peningkatan assets/capabilities remaja atau pengembangan segala sesuatu yang positif seperti terdapat pada diri remaja (pengetahuan, sikap, perilaku, hobi, minat dan sebagainya), (2) pengembangan resources/ opportunities, yaitu jaringan dan dukungan yang diberikan kepada remaja dan program PKBR oleh semua stakeholders terkait (orang tua, teman, sekolah, organisasi remaja, pemerintah, media massa, dan sebagainya), (3) Pemberian pelayanan kedua (second chance) kepada remaja yang telah menjadi korban TRIAD KRR, agar bisa sembuh dan kembali hidup normal, maka pelaksanaan Program PKBR akan menghasilkan Tegar Remaja (TR) seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Salah satu kegiatan program PKBR yang mengembangkan ketiga strategi tersebut diatas, adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan wadah PIK Remaja. Keberadaan dan peranan PIK Remaja dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang PKBR. Akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja masih relatif rendah.
Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengembangan dan pengelolaan PIK Remaja dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan tersebut. Untuk peningkatan dan pengembangan pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja diperlukan buku panduan standar yang dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait dengan pengelolaan, pelayanan serta pengembangan PIK Remaja. Panduan Pengelolaan PIK Remaja yang disempurnakan ini sudah diterjemahkan kedalam Panduan berbentuk “Video”. Diharapkan Panduan Pengelolaan PIK Remaja baik dalam bentuk cetak maupun video ini dapat memberikan kemudahan bagi para pembina dan pengelola PIK Remaja dalam memahami dan menggunakannya di lapangan.
Seksualitas pada remaja
Seksualitas
♦ Seks Pra Nikah
Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%). Dari penelitian yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633 pelajar SLTA di Bali, didapatkan bahwa 27% remaja laki-laki dan 18% remaja perempuan mempunyai pengalaman berhubungan seks pra nikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang tahun 2001 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks. Hasil penelitian DKT Indonesia 2005, menunjukkan perilaku seksual remaja di 4 kota yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan berdasarkan norma yang dianut, 89% remaja tidak setuju adanya seks pra nikah, namun kenyataannya 82% remaja punya teman melakukan seks pra nikah, 66% remaja punya teman hamil sebelum
menikah. Remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alokon, 85% dilakukan di rumah sendiri. Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan 1). 97% remaja SMP
dan SMA pernah menonton film porno, 2). 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut), 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.
♦ Seks Pra Nikah
Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%). Dari penelitian yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633 pelajar SLTA di Bali, didapatkan bahwa 27% remaja laki-laki dan 18% remaja perempuan mempunyai pengalaman berhubungan seks pra nikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang tahun 2001 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks. Hasil penelitian DKT Indonesia 2005, menunjukkan perilaku seksual remaja di 4 kota yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan berdasarkan norma yang dianut, 89% remaja tidak setuju adanya seks pra nikah, namun kenyataannya 82% remaja punya teman melakukan seks pra nikah, 66% remaja punya teman hamil sebelum
menikah. Remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alokon, 85% dilakukan di rumah sendiri. Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan 1). 97% remaja SMP
dan SMA pernah menonton film porno, 2). 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut), 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.
1). Teman sebaya yaitu mempunyai pacar; 2). Mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah; 3). Mempunyai teman yang mempengaruhi
atau mendorong untuk melakukan seks pranikah (Analisa Lanjut SKRRI, 2003). Perilaku seks pranikah remaja cenderung terus meningkat seperti diuraikan diatas, sehingga kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada kelompok remaja. Disamping itu jumlah kelompok remaja di Indonesia yang saat ini sudah menginginkan suatu pelayanan KB tersedia bagi kelompok mereka, ternyata datanya sangat mencengangkan. Data SKRRI 2007 menunjukkan 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki menginginkan pelayanan KB diberikan kepada mereka. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan hasil SKRRI 2002 yang hanya 52% remaja perempuan dan 41% remaja laki-laki masing-masing meminta untuk dapat diberikan pelayanan kontrasepsi. Jika 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki yang saat ini sudah menginginkan pelayanan alat kontrasepsi dikaitkan dengan jumlah remaja umur 15-24 tahun yang jumlahnya sekitar 42 juta jiwa, berarti sekitar 37 juta jiwa remaja yang membutuhkan pelayanan alat kontrasepsi tidak terpenuhi atau unmet need ber KB untuk kelompok remaja. Unmet need ber KB untuk kelompok remaja akan tetap menjadi unmet need, karena definisi Keluarga Berencana menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah untuk “Pasangan Suami Istri sesuai dengan pilihannya”. Dengan demikian pemberian pelayanan kontrasepsi kepada remaja bertentangan dengan Undang-undang.
atau mendorong untuk melakukan seks pranikah (Analisa Lanjut SKRRI, 2003). Perilaku seks pranikah remaja cenderung terus meningkat seperti diuraikan diatas, sehingga kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada kelompok remaja. Disamping itu jumlah kelompok remaja di Indonesia yang saat ini sudah menginginkan suatu pelayanan KB tersedia bagi kelompok mereka, ternyata datanya sangat mencengangkan. Data SKRRI 2007 menunjukkan 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki menginginkan pelayanan KB diberikan kepada mereka. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan hasil SKRRI 2002 yang hanya 52% remaja perempuan dan 41% remaja laki-laki masing-masing meminta untuk dapat diberikan pelayanan kontrasepsi. Jika 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki yang saat ini sudah menginginkan pelayanan alat kontrasepsi dikaitkan dengan jumlah remaja umur 15-24 tahun yang jumlahnya sekitar 42 juta jiwa, berarti sekitar 37 juta jiwa remaja yang membutuhkan pelayanan alat kontrasepsi tidak terpenuhi atau unmet need ber KB untuk kelompok remaja. Unmet need ber KB untuk kelompok remaja akan tetap menjadi unmet need, karena definisi Keluarga Berencana menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah untuk “Pasangan Suami Istri sesuai dengan pilihannya”. Dengan demikian pemberian pelayanan kontrasepsi kepada remaja bertentangan dengan Undang-undang.
MENSTRUASI atau HAID
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari.
Panjang
daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda
dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai
hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi
merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus,
kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur,
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan
sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut
hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung
telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim.
Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau
saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus
dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau
haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita
menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu,
menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan
pemeriksaan darah sederhana.
Kecuali
jika seorang gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal
ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan
yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira
bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman
akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari
untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami
rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka.
Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal,
perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam
tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih
baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi. Malahan banyak wanita
yang melihat menstruasi dengan bangga sebagai proses yang hanya terjadi
pada wanita. Beberapa keluarga bahkan memiliki perayaan khusus untuk
menghormati kedewasaan seorang wanita muda.
Meskipun
begitu, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa
hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari
seluruh wanita menderita akibat dismenore, atau menstruasi yang
menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa.
Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang
melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung.
Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti keram yang
disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit
pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin
menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan
kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan atau PMS, dan
mungkin membutuhkan penanganan medis.
Dalam
beberapa kasus pengadilan di Inggris dan Perancis, para pengacara telah
menggunakan keberadaan PMS untuk berargumentasi mengenai turunnya
kemampuan saat melakukan perbuatan kriminal. Di masa lalu, PMS dianggap
sebagai kondisi psikosomatik, dan berlanjut menjadi subyek tertawaan,
sekarang PMS dikenal memiliki sebab organik. Beberapa pengobatan telah
diciptakan untuk mengatasi gejala-gejala PMS.
Beberapa
wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau
kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat
badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya,
beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi
yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak,
namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal.
Sikap
terhadap menstruasi dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak
masyarakat yang memandang wanita sebagai terkontaminasi atau tercemar
saat menstruasi dan tidak mengikutsertakan mereka dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut tercemar. Menstruasi
adalah satu dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk
menghalangi wanita memasuki peran-peran keagamaan pada beberapa agama.
Ritual pembersihan di akhir menstruasi dianjurkan pada beberapa
masyarakat. Namun, masyarakat lain menganggap menstruasi sebagai fungsi
tubuh normal dan tidak menghukum atau menghalangi wanita saat mereka
mengalaminya.
Menelusuri Kecemasan pada REMAJA
Bila banyak pihak mencemaskan individu yang berada pada masa remaja,
bagaimana dengan kecemasan yang dialami pada remaja itu sendiri?
Period of storm and stress
Banyak alasan mengapa masa remaja menjadi sorotan yang tidak lekang
waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang
penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Arnett
menarik tiga tantangan tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh
remaja; (1) konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood yang cepat, dan
(3) perilaku beresiko (dalam Laugesen, 2003)
Peran teman sebaya yang mulai ‘menggeser’ peran orangtua sebagai
kelompok referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan
orangtua. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja
bersikap dan berperilaku. Meskipun demikian studi Stenberg menemukan
bahwa teman sebaya memang memiliki peran yang penting bagi remaja,
namun pengaruh teman sebaya cenderung pada hal-hal yang berhubungan
dengan gaya berpakaian, musik dan sebagainya. Sementara untuk
nilai-nilai fundamental, remaja cenderung tetap mengacu pada nilai yang
dipegang orangtua termasuk dalam pemilihan teman sebaya, biasanya juga
mereka yang memiliki nilai-nilai sejenis (dalam Perkins,2000).
Benarkah demikian? Agaknya para orangtua harus berbesar hati dan
membuka diri agar tidak tertipu oleh model rambut, mode pakaian, musik
yang berdebum di kamar remaja, juga gaya bahasa yang tidak jarang
membuat telinga terasa penuh. Kedekatanlah yang bisa membuka mata dan
hati untuk melihat lebih jernih nilai-nilai yang sebenarnya dipegang
remaja. Bukankah penemuan Stenberg menjadi angin segar dan harapan yang
menggembirakan di mana orangtua atau keluarga tetap menjadi model utama.
Hanya penampilan tentu tidak selalu sama, era digital bukankah membawa
berjuta pilihan? Tidak hanya bagi remaja, tetapi juga orangtua.
Mood yang naik turun juga sering terdengar dari celetukan remaja,
“Bete niiih..” Ada dua mekanisme di mana mood mempengaruhi memori kita.
(1) Mood-dependent memory ,suatu informasi atau realita yang menimbulkan
mood tertentu, atau (2) Mood congruence effects, kecenderungan untuk
menyimpan atau mengingat informasi positif kala mood sedang baik, dan
sebaliknya informasi negatif lebih tertangkap atau diingat ketika mood
sedang jelek (Byrne & Baron, 2000). Bisa dibayangkan bagaimana
perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang
mungkin terbentuk.
Remaja juga mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi
dibandingkan periode lainnya. Hal ini pula yang mendorong remaja
berpotensi meningkatkan kecemasan karena kenekatannya sering mengiring
pada suatu perilaku atau tindakan dengan hasil yang tidak pasti.
Keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal menjadi salah satu pemicu
utama. Perilaku nekat dan hasil yang tidak selalu jelas diasumsikan
Arnett membuka peluang besar untuk meningkatnya kecemasan pada remaja
(dalam Laugesen, 2003)
Empat model kognitif bagi kecemasan remaja
Laugesen (2003) dalam studinya tentang empat model kognitif yang
digagas oleh Dugas, Gagnon, Ladouceur dan Freeston (1998) menemukan
bahwa empat model kognitif tersebut efektif bagi pencegahan dan
perlakuan terhadap kecemasan pada remaja. Kecemasan merupakan fenomena
kognitif, fokus pada hasil negatif dan ketidakjelasan hasil di depan.
Hal ini didasari dari definisi Vasey & Daleiden (dalam
Laugesen,2003) berikut;
“Worry in childhood and adolescence has been defined as primarily an
anticipatory cognitive process involving repetitive, primarily verbal
thoughts related to possible threatening outcomes and their potential
consequences.”
Empat model kognitif itu ialah (1) tidak toleran (intoleransi)
terhadap ketidakpastian, (2) keyakinan positif tentang kecemasan, (3)
orientasi negatif terhadap masalah, serta (4) penghindaran kognitif.
Pemahaman tiap variabel tersebut;
(1) intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan bias kognitif yang
mempengaruhi bagaimana seseorang menerima, menginterpretasi dan
merespons ketidakpastian situasi pada tataran kognitif, emosi dan
perilaku;
(2) sejumlah studi menunjukkan bahwa orang yang meyakini bahwa
perasaan cemas dapat membimbing pada hasil positif seperti solusi yang
lebih baik dari masalah, meningkatkan motivasi atau mencegah dan
meminimalisir hasil negatif, dapat membantu mereka dalam menghadapi
ketakutan dan kegelisahan;
(3) orientasi negatif terhadap masalah merupakan seperangkat
kognitif negatif yang meliputi kecenderungan untuk menganggap masalah
sebagai ancaman, memandangnya sebagai sesuatu yang tidak dapat
dipecahkan, meragukan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah,
menjadi merasa frustrassi dan sangat terganggu ketika masalah muncul;
(4) penghindaran kognitif dikonsepsikan dalam dua cara, yakni (a)
proses otomatis dalam menghindari bayangan mental yang mengancam dan (b)
strategi untuk menekan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan.
Studi Laugesen (2003) secara khusus menunjukkan dua hal penting yang
bisa menjadi acuan; (1) intoleransi terhadap ketidakpastian dan
orientasi negatif terhadap masalah merupakan target utama baik dalam
pencegahan maupun perlakuan pada kecemasan yang berlebihan dan tidak
terkendali pada remaja, (2) intoleransi terhadap ketidakpastian juga
menjadi konstruk utama dalam kecemasan remaja. Hal lain yang sangat
menarik dalam temuan Laugesen adalah intoleransi pada remaja berkorelasi
dengan persepsi tentang tugas ambigu, namun tidak dengan kecemasan. Hal
ini menunjukkan bahwa intoleransi dan kecemasan sebagai konstruk yang
unik.
Intoleransi menjadi kunci penting dalam memahami kecemasan pada
remaja. Secara logika bisa dipahami bahwa ketidakmampuan individu dalam
menerima ketidakpastian sebagai salah satu kenyataan yang akan dihadapi
cukup menggambarkan diri orang tersebut. Hal ini juga menarik untuk
kembali melirik teori dan studi tentang diri. Laugesen (2003) juga
menguji tingkat kecemasan (tinggi dan rendah), di mana intoleransi tetap
berperan di dalamnya. Remaja atau individu yang bagaimana tepatnya yang
berpeluang untuk mengalamai kecemasan tinggi, tidak terkendali, atau
yang wajar?
Siapa Anda? Siapa saya?
Pada model kognitif orientasi negatif pada masalah, individu juga
memiliki kecenderungan untuk meragukan kemampuan diri dalam
menyelesaikan masalah yang datang. Hal ini menunjukkan peran
self-efficacy dalam pembentukkan rasa cemas. Bandura (dalam Brown, 2005)
menyatakan self-efficacy sebagai “a belief that one can perform a
specific behavior,” dan “Self-efficacy is concerned not with the skills
one has but with judgement of what one can do with whatever skills one
possesses.” Individu dengan self-efficacy tinggi meyakini bahwa kerja
keras untuk menghadapi tantangan hidup, sementara rendanhya
self-efficacy kemungkinan besar akan memperlemah bahkan menghentikan
usaha seseorang.
Pencarian identitas menjadi salah satu aikon pada masa remaja. Hal
ini membawa kita untuk menelisik lebih jauh tentang self-concept yang
ada maupun yang sedang terbentuk. Konsep diri merupakan cara individu
memandang dirinya sendiri. Baron & Byrne (2000) merumuskan sebagai
berikut, “self concept is one’s self identity, a schema consisting of an
organized collection of beliefs and feelings about oneself.” Konsep
diri berkembang sejalan dengan usia, namun juga merespons umpan balik
yang ada, mengubah lingkungan seseorang atau status dan interaksi dengan
orang lain. Pertanyaan “Siapa Anda? Siapa saya?” menjadi inti studi
psikologi tentang konsep diri. Rentsch & Heffner (1994, dalam Byrne
& Baron, 2000) menyimpulkan dari sekian ragam jawaban atas
pertanyaan tersebut dalam dua kategori; (1) aspek identitas sosial dan
(2) atribusi personal. Sebagian dari kita akan menjawab, Saya adalah
arsitek, penulis, mahasiswa, dan lain sebagainya yang mengacu pada
identitas sosial seseorang. Sebagian dari kita yang lain akan menjawab
Saya periang, terbuka, pemalu, dan sebagainya yang lebih merujuk pada
atribusi diri.
Sementara Rogers (2001) membagi konsep diri dalam dua kategori yang
sedikit berbeda yakni (1) personal dan (2) sosial. Konsep diri personal
adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri dari kacamata diri,
misalnya “Saya merasa sebagai seorang yang terbuka terhadap kritik.”
Sedangkan konsep diri sosial berangkat dari kacamata orang lain,
seperti, “Teman-teman di kampus melihat saya sebagai orang yang keras
kepala,” biasanya kalimat ini akan berlanjut dengan koreksi dari
pandangan dirinya sendiri seperti “…padahal saya hanya mempertahankan
pendapat saya saja.” Atau justru kalimat yang membenarkan pandangan
lingkungan terhadap diri, seperti “…memang saya merasa susah menerima
perbedaan sih..” Rogers menambahkan bahwa konsep diri individu yang
sehat adalah ketika konsiten dengan pikiran, pengalaman dan perilaku.
Konsep diri yang kuat bisa mendorong seseorang menjadi fleksibel dan
memungkinkan ia untuk berkonfrontasi dengan pengalaman atau ide baru
tanpa merasa terancam.
Lebih lanjut, pembahasan konsep diri membawa kita pada self-esteem,
sebagai evaluasi atau sikap yang dipegang tentang diri sendiri baik
dalam wilyah general maupun spesifik. Para ahli psikologi mengambil
perbandingan antara konsep diri dengan konsep diri ideal atau yang
diinginkan. Semakin kecil perbedaan atau diskrepansi antara keduanya,
semakin tinggi self-esteem seseorang, “He/she is what he/she wants to
be.” Salah satu hasil yang dituju dalam terapi Rogerian (self-centered
therapy) adalah peningkatan self-esteem atau menurunkan gap antara diri
dan diri ideal dalam seseorang.
Budaya & Perkembangan Budaya
Satu lagi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor budaya. Perbedaan
budaya memiliki pengaruh pada individu dalam menilai pengalaman emosi.
Studi menunjukkan, di masyarakat kolektif, self critical menjadi norma,
sementara di masyarakat individual, self enhancement yang berlaku
(Baron & Byrne,2000). Hal ini memberikan sedikit petunjuk tentang
apa yang menjadi obyek perhatian individu dalam berpikir, bersikap dan
bertindak. Apakah memang faktor eksternal yang lebih menentukan
kecemasan remaja di masyarakat kolektif seperti Indonesia, di mana
individu akan sangat terganggu jika tidak bisa memenuhi aturan main yang
berkembang dengan lingkungan terutama teman sebaya? Ataukah justru
pencapaian diri sudah mencuri perhatian remaja sebagai dampak dari era
keterbukaan dengan kecanggihan teknologi informasi?
Masih terbuka banyak jalan untuk memahami kecemasan yang dialami
remaja. Melengkapi studi Laugesen, self-efficacy, self-concept,
self-esteem dan budaya menanti untuk digali khususnya pada remaja di
Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)