Sabtu, 05 November 2011

Kepemimpinan Revolusiner

KEPEMIMPINAN REVOLUSIONER

PENDAHULUAN

Ada satu cerita militer dari negeri Cina yang sangat popular tentang seorang jenderal yang memimpin pasukannya memasuki sebuah pulau yang merupakan daerah musuh dengan misi membunuh semua pasukan musuh. Sayang sekali jumlah pasukannya terlalu sedikit, hanya satu berbanding empat dengan jumlah pasukan musuh. Pada waktu sudah mendarat di pantai, ia memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang digunakan untuk pergi ke pulau tersebut. Ketika ditanyakan apa alasannya, ia menjawab “supaya satu-satunya jalan untuk bisa meninggalkan pulau ini adalah kemenangan.” Dengan menghilangkan semua kemungkinan untuk mundur, ia menempatkan pasukannya pada situasi di mana mereka harus melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk bertempur. Mundur bukanlah pilihan. Akhirnya pasukannya bertempur habis-habisan karena hidupnya tergantung pada pertempuran itu dan mereka menang.

Dari kisah di atas dapat kita petik banyak sekali pelajaran yang tersirat. Bila kita melihat sosok sang jenderal, dia merupakan sosok pemimpin revoluioner bagi pasukannya karena dalam situasi yang kritis sangat bisa menempatkan posisi pasukannya menuju kemenangan.

Sedikit dari banyak cerita di atas akan dikupas tentang kepemimpinan yang revolusioner terutama dalam perspektif kepramukaan.

Jika kita mencoba mendefinisikan apa itu kepemimpinan, maka tidak akan cukup waktu karena banyak sekali definisi kepemimpinan yang ada saat ini. Tapi di sini akan coba dibahas beberapa pergeseran paradigma kepemimpinan yang ada di dunia ini.


PEMBAHASAN

Pergeseran Paradigma Kepemimpinan
Dalam dua atau tiga dekade terakhir ini, konsep-konsep kepemimpinan mengalami pergeseran – pergeseran mendasar.
sebagai contoh, dulu konsep-konsep kepemimpinan itu didominasi dan diletakan dalam konteks kekuasaan dan otoritas yang tidak boleh dibantah, serta suatu struktur hirarkis dalam organisasi formal. Yang namanya pemimpin itu hampir selalu dikait-kaitkan dengan orang-orang yang berada di puncak struktur sebuah organisasi. Orang-orang ini ‘dianggap’ memegang otoritas yang nyaris mutlak dan karenanya tak boleh diganggu gugat. Dengan demikian kepemimpinan lebih sering diberi makna yang eksklusif dan formal. Kepemimpinan menjadi sesuatu yang diperuntukan bagi segelintir orang saja, yakni para pemegang kekuasaan. Kepemimpinan seperti ini sering dipahami sebagai posisi, kedudukan, jabatan yang bergengsi.

Belakangan konsep-konsep kepemimpinan lebih bernuasa kultural, tidak selalu dikaitkan dengan struktur dan otoritas yang bersifat relatif dan kontraktual, sehingga bisa diperdebadkan dan digugat.
Kepemimpinan telah menjadi sesuatu yang menjadi urusan semua orang. Kepemimpinan seperti ini lebih dimengerti sebagai pekerjaan (Job), tanggung jawab (responsibility), dan peran (role). yang pada skala tertentu merupakan urusan dan ada dalam diri semua orang.

Dari pergeseran paradigma kepemimpinan tersebut kini konsep kepemimpinan lebih mengarah kepada konsep kepemimpinan transaksional, tranformasional, dan visioner. Hal ini yang pada gilirannya akan menuju pada konsep kepemimpinan revolusioner yang akan dibahas dalam makalah ini.

Definisi Pemimpin
Pemimpin adalah ia (mereka) yang relatif telah menemukan jawaban terhadap tiga pertanyaan eksistensial: “Siapakah aku?”; “Ke manakah aku pergi?” ; dan “Apakah yang harus/dapat aku lakukan (tanggungjawabku) dalam hidup ini?” Ia (mereka) adalah orang-orang yang siap untuk mendemonstrasikan kebenaran sederhanan ini: Satu orang biasa dapat membuat perbedaan besar.

Pemimpin yang besar adalah manusia biasa yang mempersiapkan diri ketika peristiwa luar biasa tiba.” kata Jenderal Norman Schwartzkoft.

Merujuk dari Leadership Principle –nya Ary Ginanjar dalam ESQ, banyak sekali kekeliruan paradigma yang dianut oleh masyarakat kita. Kepemimpinan diartikan sebagai suatu posisi, kedudukan atau jabatan. Sebagai akibatnya banyak orang yang berusaha dengan segala cara untuk mencapai suatu posisi, kedudukan atau jabatan dengan cara membeli dengan uang. Serta tak segan-segan dalam usaha mencapainya menindas dan merugikan orang lain. Sebagai akibatnya banyak sekali melahirkan pemimpin yang tak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati bahkan dibenci.

Gaya kepemimpinan seperti ini hanyalah menumbuhsuburkan anarkisme dan keganasan hewaniah. Dan akan berlaku hukum aksi min reaksi (hukum per) semakin besar tekanan yang diberikan maka akan semakin besar pula daya dorong yang dikeluarkan.

Lalu Ary Ginanjar pun memberikan sebuah pengertian bahwa semua orang adalah pemimpin, dan pemimpin merupakan pengaruh yang ditimbulkan. ketika orang lain memberikan sebuah nasihat atau sebuah cerita, kita akan mengingatnya, dan itu adalah sebuah pengaruh.

Proses Kepemimpinan
Untuk mencapai itu semua ada beberapa tangga yang harus dilewati oleh setiap pemimpin agar mencapai kepemimpinan yang revolusioner.

Tangga-tangga tersebut adalah Pemimpin yang Dicintai. Seorang pemimpin harus mampu berhubungan dengan orang lain, dengan cara mencintai mereka, tidak hanya menunjukan melalui prestasi kerjanya saja.

Kedua adalah Pemimpin yang Dipercaya Kerpecayaan muncul karena seseorang yang memiliki integritas. Integritas adalah sebuah kejujuran, kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan.

Ketiga adalah Pembimbing, seorang pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain.

Keempat, Pemimpin yang berkepribadian. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila dia belum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus sudah pernah menjelajahi dirinya sendiri dan mengenali secara mendalam siapa dirinya.

Kelima adalah Pemimpin Abadi. Saat ini memang ada pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya dan juga pembimbing yang baik, tetapi umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja, apabila terbukti dirasakan tidak sesuai lagi dengan sauara hati nurani manusia. Ketika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka manusia yang telah dikaruniai hati sebagai radar oleh Tuhan, akan mampu mendeteksi hal tersebut

Apa yang diungkapkan Ary dalam buku ESQnya merupakan salah satu bagian dari pergeseran paradigma kepemimpinan.

Ciri-ciri Pemimpin
Lalu bagaimana kita bisa melihat ciri-ciri seorang pemimpin dalam lingkungan kita?
Mari kita cermati dan perhatikan beberapa ciri seorang pemimpin. Seorang pemimpin dapat dibedakan dengan melihat kebiasaan yang dilakukannya.

Menjadi proaktif merupakan ciri pertama, dalam menyikapi sesuatu. Apabila terjadi sebuah peristiwa atau stimulus dari luar lingkungan pemimpin, ada dua sikap yang bisa kita pilih untuk menyikapinya yaitu reaktif atau proaktif.

Reaktif merupakan sebuah proses menerima stimulus atau rangsangan dari berbagai kondisi lingkungan kemudian ditanggapi secara langsung.
Ada tiga teori yang dapat menjelaskan model reaktif ini.

Determinisme genetik, Tabiat anda merupakan tabiat yang diturunkan dari kakek dan nenek Anda. Kakaek nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA Anda, sifat ini diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Determinisme psikis, Anda merupakan bentukan dari pengasuhan orang tua Anda. Apa yang Anda lakukan merupakan hasil dari pengalaman masa kecil Anda. Karakter Anda terbentuk berdasarkan apa yang orang tua Anda lakukan terhadapap Anda pada masa lalu.

Determinisme lingkungan, Seseorang atau sesuatu di lingkungan Anda bertanggung jawab atas situasi Anda. Jadi, situasi dan kondisi Anda merupakan hasil dari bentukan lingkungan sekitar Anda. “Masa depan Anda ditentukan oleh orang-orang di sekeliling anda dan dengan siapa Anda banyak menghabiskan waktu”.

Sedangkan Proaktif merupakan hasil dari proses rangsangan yang ditanggapi dengan menggunakan kehendak bebas untuk memilih dan merespon berdasarkan kehendak bebas untuk memilih tersebut.
Proaktivitas berarti kita sebagai manusia bertanggung jawab atas hidup kita sendiri, perilaku kita merupakan fungsi dari keputusan kita bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunya inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Ini bisa kita lihat dari kata responsibility (tanggung jawab) –respon ability- kemampuan untuk memilih respon Anda.

Jadi Pemimpin yang proaktif adalah pemimpin yang mampu menanggapi situasi berdasarkan kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas dalam memilih respon.

Ciri kedua dari seorang pemimpin yaitu melakukan sesuatu dengan selalu merujuk pada tujuan akhir.
Apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan hasil dari proses penciptaan pertama atau mental dan penciptaan kedua atau fisik. Apa yang dilakukannya merupakan proses menuju tujuan akhir yang diinginkan.

Ketiga adalah dahulukan yang utama. Artinya seorang pemimpin dapat memprioritaskan mana yang penting, lebih penting dan tidak penting.
Jika berbicara penting dan tidak penting berarti kita berbicara cara kita menggunakan waktu. Oleh karena itu mari kita kenali, sebagian besar waktu yang kita gunakan untuk hala-hal yang penting atau tidak penting.
untuk menjawab hal tersebut, kita mengguanakan matrik waktu yaitu :

  1. Kuadran I, Penting dan Genting
Krisis, pikiran kita selalu pada masalah dan dibatasi waktu. Hasilnya adalah stress, keletihan, manajemen krisis.
  1. Kuadran II, Penting dan Tidak Genting
Ini merupakan inti dari manajemen waktu. Aktivitasnya adalah pengembangan hubungan, pengenalan peluang baru, perencanaan, rekreasi. Hasilnya adalah seseorang yang memiliki visi, perspektif, keseimbangan, disiplin, control.
  1. Kuadran III, Tidak Penting dan Genting
Kegiatan-kegiatan yang mendesak, contoh menerima telpon, buang air. Hasilnya adalah fokus jangka pendek, manajemen krisis, menganggap tujuan dan rencana tak berharga, merasa menjadi korban, hubungan dangkal.
  1. Kuadran IV, Tidak Penting dan Tidak Genting
Tidak bertanggung jawab dan bergantung pada orang lain. aktivitas yang dilakukan adalah hal-hal yang sepele, pemborosan waktu dengan ngobrol yang tidak jelas arah dan tujuannya, aktivitas yang menyenangkan.


Ketiga ciri tersebut apabila di aplikasikan oleh seorang pemimpin maka akan menghasilkan kemenangan pribadi.

Ciri selanjutnya adalah Berpikir Menang/Menang. Ini merupakan prinsip kepemimpin antarpribadi.
Menang/Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang/Menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbale balik. menang/Menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif. Menang/Menang didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasilan orang lain. Menang/Menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga, ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi , bukannya jalan saya atau jalan Anda.
Menang/Menang merupakan keseimbangan antara tenggang rasa dan keberanian.

Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti merupakan ciri berikutnya. Ini adalah prinsip hubungan antarpribadi dan meruipakan kunci komunikasi antar pribadi yang efektif. Banyak dari kita yang bisa mendengar tapi jarang sekali mendengarkan. Mendengarkan merupakan salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif. Komunikasi efektif merupakan proses pemahaman apa yang disampaikan dan apa yang didengarkan. Banyak orang yang mendengar tapi jarang mau menyimak dan merenungi apa yang dia dengarkan. Dalam kepemimpinan mendengarkanlah yang diperlukan karena seorang pemimpin harus memiliki kemampuan memahami situasi orang-orang yang dipimpin dan lingkungan. seorang pemimpin harus mampu mendengarkan –berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti.

Seorang Pemimpin harus dapat wujudkan Sinergi. Karena hal ini merupakan prinsip kerja sama kreatif.

Wujudkan sinergi merupakan prinsip kerjasama kreatif. Sinergi adalah inti sari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip, intisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia.
Sinergi berarti keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.

Ketika anda berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan baru.
Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi, dan kunci untuk mengahrgai perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua orang melihat dunia, tidak sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana mereka.

Sinergi berarti 1 + 1 sama dengan 8, 16 atau bahkan 1600. Posisi sinergistik dari kepercayaan yang tinggi menghasilkan solusi yang lebih baik dibandingkan dengan diusulkan semula, dan semua pihak mengetahuinya.

Ekologi adalah kata yang pada dasarnya menjabarkan sinergisme dalam alam – segalanya berhubungan dengan segalanya yang lain. Dalam hubungan inilah kekuatan kreatif dimaksimumkan, sama seperti kekuatan nyata pada tujuh kebiasaan ini dalam hubungan mereka satu sama lain, bukan hanya dalam kebiasaan individual itu sendiri.

Pemimpin yang mengaplikasikan kebiasaan berpikir menang/menang, empati, dan bekerja sama yang efektif akan memperoleh apa yang disebuat sebagai kemenangan publik.

Semua hal tersebut harus diseimbangkan dengan prinsip pembaruan diri yang seimbang atau mengasah gergaji.

Ada 4 (empat) dimensi pembaruan yaitu dimensi fisik (olahraga, nutrisi, manajemen stres), dimensi mental (membaca, visualisasi, perencanaan, menulis), dimensi spiritual (penjelasan nilai dan komitmen, studi dan meditasi), dimensi sosial/emosional (pelayanan, empati, sinergi, rasa aman intrinsik).

Nah, itu merupakan ciri-ciri seorang pemimpin yang bisa kita cermati dalam tindakan yang dilakukannya. dengan kita mengetahui kebiasaan yang dilakukan seseorang, kita dapat melihat apakah dia seoprang pemimpin atau bukan.

Pengertian Mendasar
Sebelum kita lebih jauh membahas soal kepemimpinan ini, marilah kita bedakan pengertian mendasar dari kepemimpinan, pimpinan dan pemimpin.

Kepemimpinan berbicara mengenai jiwa, ilmu, cara, strategi dan hasil dari proses memimpin.
Pimpinan merupakan jabatan, posisi seseorang dalam suatu struktural. Pimpinan diangkat oleh legalisasi yang dimandatkan secara tersurat. Biasanya pimpinan berada dalam lingkungan formal dan tidak semua pimpinan adalah pemimpin.
Pemimpin biasanya bisa berada di lingkungan formal ataupun tidak formal, pemimpin dalam lingkungan tidak formal diangkat melalui kepercayaan legalitas yang tersirat dan tidak berada pada posisi suatu struktural.

Dari sedikit penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tidak semua pemimpin itu menjadi pimpinan, seseorang diangkat menjadi pemimpin bukan karena legalitas tersurat tetapi lebih kepada legalitas tersirat atau kemampuan resposibilitynya. Dan pemimpin menghasilkan kepemimpinan yang berbeda berdasarkan kepemimpinan yang di anutnya.

Konsep-Konsep Kepemimpinan
Sekarang mari kita kenali konsep-konsep kepemimpinan berdasarkan beberapa pendekatan yang sering dilakukan.

Konsep kepemimpinan Trait Approach merupakan konsep kepemimpinan yang tergolong tradisional. Konsep ini berbicara tentang seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karakteristik individual yang membedakannya dari manusia biasa.
evaluasi dan seleksi bagi seorang pemimpin didasarkan pada karakteristik fisik, mental, dan psikologi.
Ada tiga tipe pemimpin menurut konsep ini yaitu pemimpin yang otoriter, pemimpin yang demokratis, dan pemimpin yang “membiarkan segalanya berjalan seperti adanya” atau menurut Adam Smith disebut sebagai laissez-faire.
Kelemahan dalam konsep ini yaitu tidak ditemukannya karakteristik spesifik yang membedakan antar pemimpin efektif dan pemimpin yang tidak efektif.

Konsep kepemimpinan dengan pendekatan perilaku (behavior Approach) membahas kepemimpinan efektif berdasarkan perilaku pemimpin. Konsep ini lebih berfokus pada fungsi dan tipe kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi adalah untuk mengisis posisi untuk memimpin suatu tim, mempertahankan stabilitas organisasi, mengkoordinasi hubungan internal antarunit dalam organisasi, dan mempertahankan struktur organisasi.
Kelemahan konsep ini adalah sulit untuk menemukan perilaku pemimpin efektif. Secara konsep, efektifitas kepemimpinan dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin; pengalaman masa lampau; harapan dan perilaku pemimpin; karakteristik, harapan dan perilaku yang dipimpin, persyaratan tugas; kultur dan kebijaksanaan organisasi; dan harapan dan perilaku rekan kerja.

Konsep kepemimpinan berdasarkan situasi organisasi atau bergantung pada faktor-faktor lain (situational Approach).
Ada dua pendapat tentang konsep ini :
  1. Fiedler mengemukakan bahwa ada tiga tipe pemimpin berdasarkan situasi yang ada yaitu hubungan pemimpin dan anak buah/pengikut (leader –member relation), struktur pekerjaan (task structuture), dan kekuatan posisi pemimpin (leader position power).
  2. Hersey & Blanchard mengemukakan bahwa kepemimpinan situasional didasarkan pada interaksi antara tiga faktor utama yaitu : besarnya tuntunan dan pengarahan yang diberikan pimpinan, besarnya dukungan sosio emosional yang diberikan pimpinan dan tingkat kesiapan seseorang yang dipimpin (pengikut) untuk melaksanakan tugas tertentu. Gaya kepemimpinan yang ditimbulkan konsep ini ada dua kategori umum yaitu : Perilaku tugas dan perilaku hubungan.

Perilaku tugas didefinisikan seberapa jauh seorang pemimpin terlibat dalam menentukan tugas dan tanggung jawab seseorang atau kelompok.
Perilaku hubungan didefinisikan sebagai seberapa jauh pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah atau lebih. Perilaku pemimpin antara lain mendengarkan, memfasilitasi, dan mendukung.

Kesiapan pengikut didefinisikan seberapa jauh seorang pengikut memperlihatkan kemampuan dan keinginannya untuk melaksanakan suatu tugas. Komponen utama kesiapan adalah kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah fungsi dari pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan (kinerja) yang dibawa seorang individu atau kelompok bagi suatu tugas atau kegiatan tertentu.


Quantum Leadership
Dalam Webster’s New Universal Unbridged Dictionary terbitan Barnes and Noble Books (1992) terdapat beberpa definisi quantum.
Quantum dapat berarti jumlah yang sangat besar. Pengertian secara fisika dari quantum adalah jumlah yang sangat kecil dari energi radian. Jadi, quantum disini bisa berarti “jumlah yang kecil namun sangat penting”. Makna quantum dalam konteks kepemimpinan lebih menekankan kepada “sedikit tetapi memberi dampak yang sangat besar”. Artinya, seorang pemimpin akan memberikan dampak dan energi yang sangat besar kepada organisasi dan seluruh anggotanya.

Konsep quantum leadership adalah konsep kepemimpinan yang berorientasi pada masa depan dengan komitmen untuk dapat “melihat dan bermimpi”, “mengubah”, serta “menggerakkan” orang-orang yang dipimpin kearah tujuan yang direncanakan.

Pemimpin harus dapat “melihat” masa depan dan “apa yang harus dicapai di masa depan”. Ia mempunyai imajinasi tentang bagaimana dan kemana organisasinya dan para pengikutnya akan “dibawa” di masa mendatang. Dia harus membuka jendela masa depan dan menuangkannya dalam sebuah visi. Namun, angan-angan saja tidak cukup. Seorang pemimpin harus merealisasikan angan-angan dan mimpi-mimpinya agar menjadi kenyataan di masa depan. Artinya, dia harus “mengubah” dari situasi sekarang menjadi situasi seperti yang diimajinasikan pada masa depan.

Langkah berikutnya adalah menjadi pedagang harapan (merchant of hope) kepada para pengikutnya. Pemimpin akan mengkomunikasikan angfan-angan dan mimpinya, yang dapat membangkitkan harapan, menyulut semangat, dan beranjak dari situasi masa kini.
Ada dua elemen dasar yang harus terkandung dalam sebuah visi yaitu sebuah kerangka kerja konseptual untuk memahami tujuan dan bagaimanan mencapainya, serta sisi emosionalnya untuk memacu motivasi. Visi haruslah realistis, dipercaya, dan mempunyai daya tarik masa depan.

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan sebuah visi yang realistis, kredibel, memacu semangat dan akhirnya menggerakan pengikutnya untuk mencapai tujuan.

Pemimpin “melihat dan bermimpi” apabila ia berada di depan para pengikutnya. Untuk melihat dan bermimpi, dapat dilakukan dengan “pendekatan seorang arsitek”. Pemimpin “mengubah” pada sat ia berada di tengah-tengah para pengikutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan “pendekatan Ibu Teresa”. Sedangkan pemimpin “menggerakan” pengikutnya pada saat ia berada di belakang para pengikutnya, memotivasi mereka. Untuk ini dapat dilakukan dengan “pendekatan The Golf Game”

Dalam konsep quantum leadership terdapat lima kekuatan besar yang menjadi pendukung penerapan konsep ini yaitu Visi, Strategi, Komitmen, Aksi dan sensitivitas.
Visi berarti cita-cita ke depan, lamunan masa depan organisasi. Visi ini kemudian diderivasi menjadi misi dan diderivasi lebih lanjut sehingga menjadi strategi. Strategi yang menjadi panduan bagi tiap anggota organisasi dalam melakukan segala kegiatannya.
Komitmen lebih kepada berpegang teguh terhadap apa yang telah ditetapkan bersama. Yaitu visi, misi, tujuan jangka panjang, sampai ke tahapan strategi. Faktor selanjutnya adalah aksi, lebih mengarah kepada taktik dari organisasi yang bersangkutan. Faktor terakhir adalah sensitifitas. Yang dimaksud sensitifitas di sini adalah sensitifitas terhadap perubahan yang terjadi disadari atau tidak. Hasil akhirnya adalah kecepatan organisasi untuk mengerjakan operasionalnya sehingga cita-cita bersama dapat dicapai dengan cepat dan tepat.

Seorang pemimpin diumpamakan sebagai seorang arsitek pembangunan masa depan organisai. Dia diharapkan mampu membuat bangunan imajinernya tentang banguna masa depan organisai, tetapi tetap juga harus berpijak pada realitas, yang dapat disebut dengan pendekatan imajinasi kreatif berdasarkan kenyataan. Seorang pemimpin harus memahami realitas internal dan ekspernal organisasi, menerima keadaan ini dan membuat imajinasi “bangunan masa depan” berdaarkan realitas ini. Jadi imajinasi yang hebat saja tidak memadai, karena tetap harus berpijak ke bumi.

Seorang quantum leader mempunyai peran untuk “mengubah” dengan memegang prinsip untuk “membimbing dengan rasa hormat, cinta dan perhatian”. Artinya, untuk “mengubah” anggota organisasi diperlukan pendekatan personal yang prima dari seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan membimbing pengikutnya sehingga mereka mampu –paling tidak- menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Quantum leadership berkaitan dengan “menggerakkan” yaitu menerapkan The Golf Game Concept yang terdiri dari direction (mengarahkan), distance (mengukur jarak), dan precision (ketepatan). Maksudnya untuk menggerakkan pengikut mesti memiliki tata pikir seperti permainan golf.

Aplikasi dari Quantum Leadership
  1. Visionary Supervision, pengawasan terhadap lamunan atau mimpi. Hal ini penting untuk menjaga agar mimpi tersebut tidak melantur dan tidak membumi sehingga sulit diwujudkan.
Terdapat lima komponen peting yang harus diperhatikan yaitu : dream achievement (pencapaian mimpi), strategic comprehension (pengertian yang bersifat strategis), process and result orientation (berorientasi pada proses dan hasil yang akan dicapai), systematic analysis (melakukan analisis yang sistematis), dan constructive anticipation (antisipasi yang konstruktif).
  1. Positive Nurturing adalah membimbing secara positif dengan berlandaskan pada respect – love – care. Dalam prosesnya, anggota atau pengikut dibimbing secara personal atau pribadi dan berorientasi kepada pencapaian kinerja tertentu untuk mencapai sasaran berupa sikap yang professional. Sikap yang professional ini antara lain: motivasi tinggi, berorientasi pada proses dan hasil, mampu memisahkan kehidupan personal dengan kehidupan organisasi, dan menunjukan hasil kerja yang optimal. Untuk mendukung proses ini diperlukan persuasi positif dan emapti sehingga tercipta hubungan yang saling menguntungkan.
  2. Inner Driver, menggerakan dorongan dari dalam dengan berlandaskan pada prinsip memotivasi sendiri organisasi (motivation self organization) disukung oleh sikap percaya penuh atau trust (terdiri dari sikap/attitude-kemampuan/ability-penilaian/judgement).

Konsep penting dari quantum leadership ini adalah konsep dua P yaitu: pemimpin dan pengikut –leader and follower. Antara leader dan follower bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang tidak dapat terpisahkan.

Kita mesti ingat bahwa “a good leader is also a good follower”. Tanpa ada dukungan dari follower, mustahil leader akan berhasil. Konsep ini juga dikenal sebagai Konsep Quantum Followership. Dengan demikian, antara quantum leadership dan quantum followership adalah satu kesatuan yang utuh.

Inti Konsep quantum followership ada tiga hal yaitu kesatuan gerak, kecepatan tindakan dan keberanian menerima tantangan. Komponen pendukung quantum followership yaitu : strategi, komitmen, sensitifitas, koordinasi dan partisipasi.
Konsep terbaru dari followership ini adalah courageous followership, cirri-cirinya adalah berani menyatakan apa yang benar apa yang salah dan berani berkata pendapat yang lain.
Ada lima bentuk dari courageous followership :

  1. Merasa bertanggung jawab (the courage to assume responsibility)
  2. Keberanian untuk mendukung (the courage to serve)
  3. Keberanian untuk menentang (the courage to challenge)
  4. Keberanian untuk turut serta dalam tranformasi (the courage to participate in transformation)
  5. Keberanian untuk memisahkan diri (the courage to leave)

Perbandingan Konsep
Coba bandingkan dengan konsep Manajemen Taman Siwa yang dibangun oleh Ki Hajar dewantara. Pemimpin yang baik menurut konsep ini adalah pemimpin yang “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani”.
Ing ngarso sung tulodo berarti “di depan memberikan teldan”. Ing madyo mangun karso berarti “di tengah membangun kekuatan untuk terus berkarya”. Sedangkan tut wuri handayani berarti “di belakang memberikan dorongan”.

Dalam artian, posisi pemimpin dalam sebuah organisasi adalah fleksibel. terkadang ia berada di belakang untuk memberikan dorongan dan motivasi, kadang ia berada bersama pengikutnya untuk bersama-sama membangun kekuatan untuk terus berkarya, dan kadang ia berada di depan, memimpin dengan memberikan contoh dan teladan dalam berkarya.

Ternyata terdapat kesamaan konsep antara Quantum Leadership-Quantum Followership dengan konsep Manajemen Taman siswa.



KESIMPULAN

Untuk mencapai apa yang dinamakan kepemimpinan revolusioner, seorang pemimpin harus memahami perbedaan mendasar pengertian kepemimpinan, pimpinan, dan pemimpin. Setelah memahami hal tersebut maka seorang pemimpin dapat merubah paradigma berpikirnya melalui pemahaman bahwa Pemimpin adalah ia (mereka) yang relatif telah menemukan jawaban terhadap tiga pertanyaan eksistensial: “Siapakah aku?”; “Ke manakah aku pergi?” ; dan “Apakah yang harus/dapat aku lakukan (tanggungjawabku) dalam hidup ini?” Ia (mereka) adalah orang-orang yang siap untuk mendemonstrasikan kebenaran sederhanan ini: Satu orang biasa dapat membuat perbedaan besar.

Kemudian memproses diri melalui beberapa tahapan menjadi seorang pemimpin dimulai dari pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pembimbing, pemimpin yang berkepribadian dan akhirnya menjadi pemimpin abadi.
Dengan menerapkan kebiasaan proaktif, selalu merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama maka akan memperoleh apa yang disebut sebagai kemengan pribadi. Dan kebiasaan berpikir menang/menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, serta selalu bersinergi maka seorang pemimpin akan memperoleh kemengan publik. Hal tersebut harus selalu diperbarui dengan kebiasaan “Kaizen”. Sehingga akan menjadi pemimpin yang efektif dan revolusioner. Karena Kepemimpinan revolusioner merupakan perpaduan antara apa yang disebut learning to know (belajar tentang), learning to do (belajar dengan), learning to be (belajar menjadi) dan learning to life together (belajar hidup bersama).
Kesemuanya berpadu menjadi satu formula kepemimpinan revolusioner, sebab apa yang disebut revolusioner adalah pergerakan yang mendasar dan membawa perubahan besar dan signifikan bagi internal (diri dan organisasi) dan eksternal (lingkungan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar